HIKAYAT DAN FADLILAH
الراتب الشهير
للحبيب عبد الله بن علوي الحداد
MANAQIB
AL-HABIB ABDULLAH bin ALWI ALHADDAD
Abdullah bin Alwi bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Ahmad Al-Haddad bin Abubakar bin Ahmad Al-Musrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Faqih bin Abdurrahman bin Alwi ’Ammil Faqih bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad AlMuhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-'Uraidhi bin Ja'far Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah Az-Zahro' binti Muhammad SAW.
Habib Abdullah dilahirkan ke dunia pada malam Kamis 5 Shafar 1044 H di pinggiran kota Tarim, sebuah kota terkenal di Hadhramaut, Yaman. Beliau bermadzhab Syafi‘i. Nasabnya bersambung sampai kepada Sayidina Ali bin Abi Thalib Karromalloh Wajhah, suami Fatimah Az-zahro' binti Rasulillah.
Ayah Habib Alwi bin Muhammad adalah seorang yang shaleh dari keturunan orang-orang shaleh.
Abdullah bin Alwi bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Ahmad Al-Haddad bin Abubakar bin Ahmad Al-Musrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Faqih bin Abdurrahman bin Alwi ’Ammil Faqih bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khali' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad AlMuhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-'Uraidhi bin Ja'far Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah Az-Zahro' binti Muhammad SAW.
Habib Abdullah dilahirkan ke dunia pada malam Kamis 5 Shafar 1044 H di pinggiran kota Tarim, sebuah kota terkenal di Hadhramaut, Yaman. Beliau bermadzhab Syafi‘i. Nasabnya bersambung sampai kepada Sayidina Ali bin Abi Thalib Karromalloh Wajhah, suami Fatimah Az-zahro' binti Rasulillah.
Ayah Habib Alwi bin Muhammad adalah seorang yang shaleh dari keturunan orang-orang shaleh.
Di masa
mudanya, beliau berkunjung ke kediaman Habib Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi
Shôhibusy Syi‘ib untuk memohon doa, Habib Ahmad berkata, “Anak-anakmu adalah
anak-anak kami juga, mereka diberkahi Allah.”
Saat itu Habib Alwi tidak mengerti maksud ucapan Habib Ahmad. Namun, setelah menikahi Salma, cucu dari Habib Ahmad bin Muhammad, Habib Alwi baru sadar bahwa rupanya perkawinan ini yang diisyaratkan oleh Habib Ahmad bin Muhammad dalam ucapannya.
Sebagaimana suaminya, Salma adalah seorang wanita yang sholihah. Dari istrinya ini, Habib Alwi mendapat putra-putri yang baik dan saleh, di antaranya adalah Abdullah.
Ketika Abdullah berusia 4 tahun, ia terserang penyakit cacar. Demikian hebat penyakit itu hingga butalah kedua matanya. Namun, musibah ini sama sekali tidak mengurangi kegigihannya dalam menuntut ilmu. Ia berhasil menghapal Quran dan menguasai berbagai ilmu agama ketika terhitung masih kanak-kanak. Rupanya Allah berkenan menggantikan penglihatan lahirnya dengan penglihatan batin, sehingga kemampuan menghapal dan daya pemahamannya sangat mengagumkan.
Abdullah sejak kecil gemar beribadah dan riyâdhoh. Nenek dan kedua orang tuanya seringkali tidak tega menyaksikan anaknya yang buta ini melakukan berbagai ibadah dan riyâdhoh. Mereka menasihati agar ia berhenti menyiksa diri. Demi menjaga perasaan keluarganya, si kecil Abdullah pun mengurangi ibadah dan riyâdhoh yang sesungguhnya amat ia gemari. Ia pun kini memiliki lebih banyak waktu untuk bermain-main dengan teman-teman sebayanya. “Subhânallôh, sungguh indah masa kanak-kanak...,” kenang beliau suatu hari.
Di kota Tarim, Abdullah tumbuh dewasa. Bekas-bekas cacar tidak tampak lagi di wajahnya. Beliau berperawakan tinggi, berdada bidang, berkulit putih, dan berwibawa. Tutur bahasanya menarik, sarat dengan mutiara ilmu dan nasihat berharga.
Beliau sangat gemar menuntut ilmu. Kegemarannya ini membuatnya sering melakukan perjalanan untuk menemui kaum ulama. Beliau ra berkata, “Apa kalian kira aku mencapai ini dengan santai? Tidak tahukah kalian bahwa aku berkeliling ke seluruh kota-kota (di Hadramaut) untuk menjumpai kaum sholihin, menuntut ilmu dan mengambil berkah dari mereka?”
Beliau juga sangat giat dalam mengajarkan ilmu dan mendidik murid-muridnya. Banyak penuntut ilmu datang untuk belajar kepadanya. Suatu hari beliau berkata, “Dahulu aku menuntut ilmu dari semua orang, kini semua orang menuntut ilmu dariku.”
“Andaikan penghuni zaman ini mau belajar dariku, tentu akan kutulis banyak buku mengenai makna ayat-ayat Quran. Namun, di hatiku ada beberapa ilmu yang tak kutemukan orang yang mau menimbanya.”
Habib Abdullah mengamati bahwa kemajuan zaman justru membuat orang-orang saleh menyembunyikan diri; membuat mereka lebih senang menyibukkan diri dengan Allah. “Zaman dahulu keadaannya baik. “Dagangan” kaum sholihin dibutuhkan masyarakat, oleh karena itu mereka menampakkan diri. Zaman ini telah rusak, masyarakat tidak membutuhkan “dagangan” mereka, karena itu mereka pun enggan menampakkan diri,” papar beliau.
Beliau sangat menyayangi kaum fakir miskin. “Andaikan aku kuasa dan mampu, tentu akan kupenuhi kebutuhan semua kaum fakir miskin. Sebab pada awalnya, agama ini ditegakkan oleh orang-orang mukmin yang lemah.”
Saat itu Habib Alwi tidak mengerti maksud ucapan Habib Ahmad. Namun, setelah menikahi Salma, cucu dari Habib Ahmad bin Muhammad, Habib Alwi baru sadar bahwa rupanya perkawinan ini yang diisyaratkan oleh Habib Ahmad bin Muhammad dalam ucapannya.
Sebagaimana suaminya, Salma adalah seorang wanita yang sholihah. Dari istrinya ini, Habib Alwi mendapat putra-putri yang baik dan saleh, di antaranya adalah Abdullah.
Ketika Abdullah berusia 4 tahun, ia terserang penyakit cacar. Demikian hebat penyakit itu hingga butalah kedua matanya. Namun, musibah ini sama sekali tidak mengurangi kegigihannya dalam menuntut ilmu. Ia berhasil menghapal Quran dan menguasai berbagai ilmu agama ketika terhitung masih kanak-kanak. Rupanya Allah berkenan menggantikan penglihatan lahirnya dengan penglihatan batin, sehingga kemampuan menghapal dan daya pemahamannya sangat mengagumkan.
Abdullah sejak kecil gemar beribadah dan riyâdhoh. Nenek dan kedua orang tuanya seringkali tidak tega menyaksikan anaknya yang buta ini melakukan berbagai ibadah dan riyâdhoh. Mereka menasihati agar ia berhenti menyiksa diri. Demi menjaga perasaan keluarganya, si kecil Abdullah pun mengurangi ibadah dan riyâdhoh yang sesungguhnya amat ia gemari. Ia pun kini memiliki lebih banyak waktu untuk bermain-main dengan teman-teman sebayanya. “Subhânallôh, sungguh indah masa kanak-kanak...,” kenang beliau suatu hari.
Di kota Tarim, Abdullah tumbuh dewasa. Bekas-bekas cacar tidak tampak lagi di wajahnya. Beliau berperawakan tinggi, berdada bidang, berkulit putih, dan berwibawa. Tutur bahasanya menarik, sarat dengan mutiara ilmu dan nasihat berharga.
Beliau sangat gemar menuntut ilmu. Kegemarannya ini membuatnya sering melakukan perjalanan untuk menemui kaum ulama. Beliau ra berkata, “Apa kalian kira aku mencapai ini dengan santai? Tidak tahukah kalian bahwa aku berkeliling ke seluruh kota-kota (di Hadramaut) untuk menjumpai kaum sholihin, menuntut ilmu dan mengambil berkah dari mereka?”
Beliau juga sangat giat dalam mengajarkan ilmu dan mendidik murid-muridnya. Banyak penuntut ilmu datang untuk belajar kepadanya. Suatu hari beliau berkata, “Dahulu aku menuntut ilmu dari semua orang, kini semua orang menuntut ilmu dariku.”
“Andaikan penghuni zaman ini mau belajar dariku, tentu akan kutulis banyak buku mengenai makna ayat-ayat Quran. Namun, di hatiku ada beberapa ilmu yang tak kutemukan orang yang mau menimbanya.”
Habib Abdullah mengamati bahwa kemajuan zaman justru membuat orang-orang saleh menyembunyikan diri; membuat mereka lebih senang menyibukkan diri dengan Allah. “Zaman dahulu keadaannya baik. “Dagangan” kaum sholihin dibutuhkan masyarakat, oleh karena itu mereka menampakkan diri. Zaman ini telah rusak, masyarakat tidak membutuhkan “dagangan” mereka, karena itu mereka pun enggan menampakkan diri,” papar beliau.
Beliau sangat menyayangi kaum fakir miskin. “Andaikan aku kuasa dan mampu, tentu akan kupenuhi kebutuhan semua kaum fakir miskin. Sebab pada awalnya, agama ini ditegakkan oleh orang-orang mukmin yang lemah.”
Beliau juga berkata, “Dengan sesuap (makanan) tertolaklah berbagai bencana.”
Beliau gemar berdakwah, baik dengan lisan maupun tulisan, kemudian mencontohkannya dalam amal perbuatan. Kegemarannya berdakwah menyebabkan ia banyak bergaul dan melakukan perjalanan. “Sesungguhnya aku tidak ingin bercakap-cakap dengan masyarakat, aku juga tidak menyukai pembicaraan mereka, dan tidak peduli kepada siapa pun dari mereka. Sudah menjadi tabiat dan watakku bahwa aku tidak menyukai kemegahan dan kemasyhuran. Aku lebih suka berkelana di gurun Sahara. Itulah keinginanku; itulah yang kudambakan. Namun, aku menahan diri tidak melaksanakan keinginanku agar masyarakat dapat mengambil manfaat dariku.”
Keaktifannya dalam mendidik dan berdakwah membuatnya digelari Quthbud Da’wah wal Irsyâd. Beliau berkata, “Ajaklah orang awam kepada syariat dengan bahasa syariat; ajaklah ahli syariat kepada tarekat (thorîqoh) dengan bahasa tarekat; ajaklah ahli tarekat kepada hakikat (haqîqoh) dengan bahasa hakikat; ajaklah ahli hakikat kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq, dan ajaklah ahlul haq kepada Al-Haq dengan bahasa Al-Haq.”
Dalam kehidupannya, beliau juga sering mendapat gangguan dari masyarakat lingkungannya. “Kebanyakan orang jika tertimpa musibah penyakit atau lainnya, mereka tabah dan sabar; sadar bahwa itu adalah qodho dan qodar Allah. Tetapi jika diganggu orang, mereka sangat marah. Mereka lupa, bahwa gangguan-ganguan itu sebenarnya juga merupakan qodho dan qodar Allah, mereka lupa bahwa sesungguhnya Allah hendak menguji dan menyucikan jiwa mereka. Nabi saw bersabda, “Besarnya pahala tergantung pada beratnya ujian. Jika Allah mencintai suatu kaum, Ia akan menguji mereka. Barang siapa ridho, ia akan memperoleh keridhoan-Nya; barang siapa tidak ridho, Allah akan murka kepadanya.”
Habib Abdullah mengetahui bahwa ada beberapa orang yang memakan hidangannya, tetapi juga memakinya. “Perbuatan mereka tidak mempengaruhi sikapku. Aku tidak marah kepada mereka, bahkan mereka kudoakan.”
Habib Abdullah tidak pernah menyakiti hati orang lain, apabila beliau terpaksa harus bersikap tegas, beliau kemudian segera menghibur dan memberikan hadiah kepada orang yang ditegurnya. “Aku tak pernah melewatkan pagi dan sore dalam keadaan benci atau iri pada seseorang,” kata Habib Abdullah.
Beliau lebih suka berpegang pada hadis Nabi saw: “Orang beriman yang bergaul dengan masyarakat dan sabar menanggung gangguannya, lebih baik daripada orang yang tidak bergaul dengan masyarakat dan tidak pula sabar menghadapi gangguannya.”
Beliau menulis dalam syairnya:
‘’Bila Allah mengujimu, bersabarlah
karena itu hak-Nya atas dirimu.
Dan bila Ia memberimu nikmat, bersyukurlah.
Siapa pun mengenal dunia, pasti akan yakin
bahwa dunia tak syak (ragu) lagi
adalah tempat kesengsaraan dan kesulitan’’.
Habib Abdullah tidak menyukai kemasyhuran atau kemegahan, beliau juga tidak suka dipuji. “Banyak orang membuat syair-syair untuk memujiku. Sesungguhnya aku hendak mencegah mereka, tetapi aku khawatir tidak ikhlas dalam berbuat demikian. Jadi, kubiarkan mereka berbuat sekehendaknya. Dalam hal ini aku lebih suka meneladani Nabi saw, karena beliau pun tidak melarang ketika sahabatnya membacakan syair-syair pujian kepadanya.”
Suatu hari beliau berkata kepada orang yang melantunkan qoshidah pujian untuk beliau, “Aku tidak keberatan dengan semua pujian ini. Yang ada padaku telah kucurahkan ke dalam samudra Muhammad saw. Sebab, beliau adalah sumber semua keutamaan, dan beliaulah yang berhak menerima semua pujian. Jadi, jika sepeninggal beliau ada manusia yang layak dipuji, maka sesungguhnya pujian itu kembali kepadanya. Adapun setan, ia adalah sumber segala keburukan dan kehinaan. Karena itu setiap kecaman dan celaan terhadap keburukan akan terpulang kepadanya, sebab setanlah penyebab pertama terjadinya keburukan dan kehinaan.”
Beliau tak pernah bergantung pada makhluk dan selalu mencukupkan diri hanya dengan Allah Ta'ala.
“Dalam
segala hal aku selalu mencukupkan diri dengan kemurahan dan karunia Allah
Ta'ala. Aku selalu menerima nafkah dari khazanah kedermawanan-Nya.”
Beliau juga
berkata, “Aku tidak melihat ada yang benar-benar memberi, selain Allah Ta'ala.
Jika ada seseorang memberiku sesuatu, kebaikannya itu tidak meninggikan
kedudukannya di sisiku, karena aku menganggap orang itu hanyalah perantara
saja.”
RATIB ALHADDAD
Kumpulan lafadz ayat Quran, dzikir dan doa yang disusun sedemikian rupa dan dibaca secara rutin dan teratur. Boleh dibilang bahwa rati itu artinya adalah kumpulan doa dan dzikir yang dibaca rutin.
Kalau kita ke toko buku Islam, pasti kita akan mendapatkan begitu banyak buku yang isinya kumpulan doa dan dzikir. Tentu saja versinya sangat banyak, sesuai dengan latar belakang masing-masing penyusun.
Menurut Habib Mundzir, pimpinan majelis Rasulullah, karena kumpulan doa ini semakin menyebar dan meluas, dan memang dibaca secara berkesinambungan, maka digelari Ratib, lalu dialek kita menamakannya Ratiban, doa ratib, ratib haddad, ratib alatas dan gelar gelar lainnya. Padahal mereka yang merangkumnya itu tak menamakannya demikian, namun bahasa sebutan dari waktu ke waktu yang menamakannya dengan nama itu.
Dalam sejarah, ratib kemudian dijadikan salah satu pendekatan moderat untuk menggantikan budaya pesta dan hura-hura yang kurang bermanfaat. Dahulu setiap ada hajatan apapun seperti perkawinan, membangun rumah, atau apa saja, dimeriahkan dengan berbagai pesta seperti nanggap wayang, ndangdutan, menggelar layar tancap, saweran, sajenan, judi bahkan mabuk mabukan dan lain sebagainya.
Maka para juru dakwah di masa itu pelan-pelan mengarahkan agar setiap acara dibacakan dzikir, baik sebagai tasyakur dan doa mohon keselamatan. Lalu jadilah ratib dibaca di berbagai hajatan.
Latar Belakang Disusunnya Ratib Al-Haddad
Sebuah sumber menyebutkan bahwa ratib ini disusun untuk menunaikan permintaan salahseorang murid sang penyusun, ‘Amir dari keluarga Bani Sa’d yang tinggal di sebuah kampung di Shibam, Hadhramaut.
Tujuan ‘Amir membuat permintaan tersebut ialah sebagai suatu wirid dan zikir untuk amalan penduduk kampungnya agar mereka dapat mempertahankan dan menyelamatkan diri dari ajaran sesat yang sedang melanda Hadhramaut ketika itu. Pertama kalinya Ratib ini dibaca di kampung ‘Amir sendiri, yaitu di kota Shibam setelah mendapat izin dan ijazah daripada Al-Imam Abdullah Al-Haddad sendiri. Setelah itu Ratib ini dibaca di Masjid Al-Imam Al-Haddad di Al-Hawi, Tarim.
Pada tahun 1072 Hijriah (1661 Masehi). Biasanya ratib ini dibaca berjamaah bersama doa dan nafalnya, setelah sholat Isya’. Pada bulan Ramadhan dibaca sebelum sholat Isya’ untuk memberi kelonggaran waktu menunaikan sholat Tarawih.
Di kawasan-kawasan di mana Ratib al-Haddad ini diamalkan, dengan izin Allah kawasan-kawasan tersebut selamat dipertahankan daripada pengaruh sesat tersebut.
Ketika Imam Al-Haddad berangkat menunaikan ibadah Haji, Ratib Al-Haddad pun mula dibaca di Makkah dan Madinah. Sehingga saat ini Ratib tersebut dibaca setiap malam di Bab al-Safa di Makkah dan Bab al-Rahmah di Madinah. Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi pernah menyatakan bahawa siapa yang membaca Ratib Al-Haddad dengan penuh keyakinan dan iman dengan terus membaca “ La ilaha illallah” hingga seratus kali (walaupun pada kebiasaannya dibaca lima puluh kali), ia mungkin dikurniakan dengan pengalaman yang di luar dugaannya.
Fadhilah dan Keutamaan Ratib
Al-Haddad
Cerita-cerita yang dikumpulkan mengenai kelebihan Ratib Al-Haddad banyak tercatat dalam buku Syarah Ratib Al-Haddad, antaranya:
Cerita-cerita yang dikumpulkan mengenai kelebihan Ratib Al-Haddad banyak tercatat dalam buku Syarah Ratib Al-Haddad, antaranya:
Telah berkata Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Jufri yang bertempat tinggal di Seiwun (Hadhramaut):
“Pada suatu masa kami serombongan sedang menuju ke Makkah
untuk menunaikan Haji, bahtera kami terkandas tidak dapat meneruskan
perjalanannya kerana tidak ada angin yang menolaknya. Maka kami berlabuh di
sebuah pantai, lalu kami isikan gerbah-gerbah (tempat isi air terbuat dari
kulit) kami dengan air, dan kami pun berangkat berjalan kaki siang dan malam,
kerana kami bimbang akan ketinggalan Haji. Di suatu perhentian, kami cuba
meminum air dalam gerbah itu dan kami dapati airnya payau dan masin, lalu kami
buangkan air itu. Kami duduk tidak tahu apa yang mesti hendak dibuat. Maka saya
anjurkan rombongan kami itu untuk membaca Ratib Haddad ini, mudah-mudahan Allah
Ta'ala akan memberikan kelapangan dari perkara yang kami hadapi itu. Belum
sempat kami habis membacanya, tiba-tiba kami lihat dari kejauhan sekumpulan
orang yang sedang menunggang unta menuju ke tempat kami, kamipun bergembira
sekali.
Tetapi bila mereka mendekati kami, kami dapati mereka itu
perompak-perompak yang kerap merampas harta-benda orang yang lalu-lalang di
situ. Namun rupanya Allah Ta’ala telah melembutkan hati mereka bila mereka
dapati kami terkandas di situ, lalu mereka memberi kami minum dan mengajak kami
menunggang unta mereka untuk disampaikan kami ke tempat sekumpulan kaum Syarif*
tanpa diganggu kami sama sekali, dan dari situ kami pun berangkat lagi menuju
ke Haji, syukurlah atas bantuan Alloh SWT karena berkat membaca Ratib ini.
Cerita ini pula diberitakan oleh seorang yang mencintai keturunan Sayyid, katanya:
Cerita ini pula diberitakan oleh seorang yang mencintai keturunan Sayyid, katanya:
“Sekali peristiwa saya berangkat dari negeri Ahsa’i menuju ke
Hufuf. Di perjalanan itu saya terlihat kaum Badwi yang biasanya merampas hak
orang yang melintasi perjalanan itu. Saya pun berhenti dan duduk, di mana
tempat itu pula saya gariskan tanahnya mengelilingiku dan saya duduk di
tengah-tengahnya membaca Ratib ini. Dengan kuasa Alloh mereka telah berlalu di
hadapanku seperti orang yang tidak menampakku, sedang aku memandang mereka.”
Begitu juga pernah berlaku semacam itu kepada seorang alim yang mulia, namanya Hasan bin Harun ketika dia keluar bersama-sama teman-temannya dari negerinya di sudut Oman menuju ke Hadhramaut. Di perjalanan mereka dibajak oleh gerombolan perompak, maka dia menyuruh orang-orang yang bersama-samanya membaca Ratib ini. Alhamdulillah, gerombolan perompak itu tidak mengapa-apakan siapapun, malah mereka berlalu dengan tidak mengganggu.
Apa yang diberitakan oleh seorang Arif Billah Abdul Wahid bin Subait Az-Zarafi, katanya: Ada seorang penguasa yang ganas yang dikenal dengan nama Tahmas yang juga dikenal dengan nama Nadir Syah. Tahmas ini adalah seorang penguasa ajam yang telah menguasai banyak dari negeri-negeri di sekitarannya. Dia telah menyediakan tentaranya untuk memerangi negeri Aughan.
Sultan Aughan yang bernama Sulaiman mengutus orang kepada Imam Habib Abdullah Haddad memberitahunya, bahwa Tahmas sedang menyiapkan tentara untuk menyerangnya. Maka Habib Abdullah Haddad mengirim Ratib ini dan menyuruh Sultan Sulaiman dan rakyatnya membacanya. Sultan Sulaiman pun mengamalkan bacaan Ratib ini dan memerintahkan tenteranya dan sekalian rakyatnya untuk membaca Ratib i ini dengan bertitah: “Kita tidak akan dapat dikuasai Tahmas kerana kita ada benteng yang kuat, iaitu Ratib Haddad ini.” Benarlah apa yang dikatakan Sultan Sulaiman itu, bahwa negerinya terlepas dari penyerangan Tahmas dan terselamat dari angkara penguasa yang ganas itu dengan sebab berkat Ratib Haddad ini.
Saudara penulis Syarah Ratib Al-Haddad ini yang bernama Abdullah bin Ahmad juga pernah mengalami peristiwa yang sama, yaitu ketika dia berangkat dari negeri Syiher menuju ke bandar Syugrah dengan kapal, tiba-tiba angin macet tiada bertiup lagi, lalu kapal itu pun terkandas tidak bergerak lagi. Agak lama kami menunggu namun tidak berhasil juga. Maka saya mengajak rekan-rekan membaca Ratib ini , maka tidak berapa lama datang angin membawa kapal kami ke tujuannya dengan selamat dengan berkah membaca Ratib ini.
Suatu pengalaman lagi dari Sayyid Awadh Barakat Asy-Syathiri Ba’alawi ketika dia belayar dengan kapal, lalu kapal itu telah tersesat jalan sehingga membawanya terkandas di pinggir sebuah batu karang. Ketika itu angin juga macet tidak dapat menggerakkan kapal itu keluar dari bahayanya. Kami sekalian merasa bimbang, lalu kami membaca Ratib ini dengan niat Alloh akan menyelamatkan kami. Maka dengan kuasa Alloh SWT datanglah angin dan menarik kami keluar dari tempat itu menuju ke tempat tujuan kami. Maka kerana itu saya amalkan membaca Ratib ini. Pada suatu malam saya tertidur sebelum membacanya, lalu saya bermimpi Habib Abdullah Haddad datang mengingatkanku supaya membaca Ratib ini,dan sayapun tersadar dari tidur dan terus membaca Ratib Haddad itu.
Di antaranya lagi apa yang diceritakan oleh Syeikh Allamah Sufi murid Ahmad Asy-Syajjar, yaitu Muhammad bin Rumi Al-Hijazi, dia berkata: “Saya bermimpi seolah-olah saya berada di hadapan Habib Abdullah Haddad, penyusun Ratib ini. Tiba-tiba datang seorang lelaki memohon sesuatu daripada Habib Abdullah Haddad, maka dia telah memberiku semacam rantai dan sayapun memberikannya kepada orang itu.
Pada hari besoknya, datang kepadaku seorang lelaki dan meminta daripadaku ijazah (kebenaran guru) untuk membaca Ratib Haddad ini, sebagaimana yang diijazahkan kepadaku oleh guruku Ahmad Asy-Syajjar. Aku pun memberitahu orang itu tentang mimpiku semalam, yakni ketika saya berada di majlis Habib Abdullah Haddad, lalu ada seorang yang datang kepadanya. Kalau begitu, kataku, engkaulah orang itu.”
Dari kebiasaan Syeikh Al-Hijazi ini, dia selalu membaca Ratib Haddad ketika saat ketakutan baik di siang hari maupun malamnya, dan memang jika dapat dibaca pada kedua-dua masa itulah yang paling utama, sebagaimana yang dipesan oleh penyusun Ratib ini sendiri.
Ada seorang dari kota Quds (Syam) sesudah dihayatinya sendiri tentang banyak kelebihan membaca Ratib ini, dia lalu membuat suatu ruang di sudut rumahnya yang dinamakan Tempat Baca Ratib, di mana dikumpulkan orang untuk mengamalkan bacaan Ratib ini di situ pada waktu siang dan malam.
Di antaranya lagi, apa yang diberitakan oleh Sayyid Ali bin Hassan, penduduk Mirbath, katanya: “Sekali peristiwa aku tertidur sebelum aku membaca Ratib, aku lalu bermimpi datang kepadaku seorang Malaikat mengatakan kepadaku: “Setiap malam kami para Malaikat berkhidmat buatmu begini dan begitu dari bermacam-macam kebaikan, tetapi pada malam ini kami tidak membuat apa-apa pun karena engkau tidak membaca Ratib. Aku terus terjaga dari tidur lalu membaca Ratib Haddad itu dengan serta-merta.
Setengah kaum Sayyid bercerita tentang pengalamannya: “Jika aku tertidur ketika aku membaca Ratib sebelum aku menghabiskan bacaannya, aku bermimpi melihat berbagai-bagai hal yang mengherankan, tetapi jika sudah menghabiskan bacaannya, tidak bermimpi apa-apa pun.”
Di antara yang diberitakan lagi, bahawa seorang pecinta kaum Sayyid, Muhammad bin Ibrahim bin Muhammad Mughairiban yang tinggal di negeri Shai’ar, dia bercerita: “Dari adat kebiasaan Sidi Habib Zainul Abidin bin Ali bin Sidi Abdullah Haddad yang selalu aku berkhidmat kepadanya tidak pernah sekalipun meninggalkan bacaan Ratib ini. Tiba-tiba suatu malam kami tertidur pada awal waktu Isya', kami tidak membaca Ratib dan tidak bersembahyang Isya', semua orang termasuk Sidi Habib Zainul Abidin. Kami tidak sedarkan diri melainkan di waktu pagi, di mana kami dapati sebagian rumah kami terbakar.
Kini tahulah kami bahwa semua itu berlaku karena tidak membaca Ratib ini. Sebab itu kemudian kami tidak pernah meninggalkan bacaannya lagi, dan apabila sudah membacanya kami merasa tenteram, tiada sesuatupun yang akan membahayakan kami, dan kami tidak bimbang lagi terhadap rumah kami, meskipun ia terbuat dari dedaunan korma, dan bila kami tidak membacanya, hati kami tidak tenteram dan selalu kebimbangan.”
Saya rasa cukup dengan beberapa cerita yang saya sampaikan di sini mengenai kelebihan Ratib ini dan anda sendiri dapat meneliti , sehingga Sidi Habib Muhammad bin Zain bin Semait sendiri pernah mengatakan dalam bukunya Ghayatul Qasd Wal Murad, bahawa roh Saiyidina penyusun Ratib ini akan hadir apabila dibaca Ratib ini, dan di sana ada lagi rahasia-rahasia kebatinan yang lain yang dapat dicapai ketika membacanya dan ini adalah mujarab dan benar-benar mujarab, tidak perlu diragukan lagi.
Berkata Habib Alwi bin Ahmad, penulis Syarah Ratib Al-Haddad: “Siapa yang melarang orang membaca Ratib ini dan juga wirid-wirid para salihin, niscaya dia akan ditimpa bencana yang berat daripada Allah Ta’ala, dan hal ini pernah berlaku dan bukan omong-omong kosong.”
Berkata Sidi Habib Muhammad bin Zain bin Semait Ba’alawi di dalam kitabnya Ghayatul Qasd Wal Murad: Telah berkata Saiyidina Habib Abdullah Haddad: “Siapa yang menentang atau membangkang orang yang membaca Ratib kami ini dengan secara terang-terangan atau disembunyikan pembangkangannya itu akan mendapat bencana seperti yang ditimpa ke atas orang-orang yang membelakangi zikir dan wirid atau yang lalai hati mereka dari berzikir kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا
وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ ﴿١٢٤﴾
Taha[20]:124
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan
mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta."
Allah berfirman lagi:
Az-Zukhruf[43]:36
Dan barangsiapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha
Pengasih (Al-Qur'an), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman
karibnya.
Allah berfirman lagi:
Al-Jinn[72]:17
Dengan (cara) itu Kami hendak menguji mereka. Dan
barangsiapa berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke
dalam azab yang sangat berat.
Apa lagi yang hendak diterangkan mengenai Ratib ini untuk mendorong anda supaya melazimkan diri mengamalkan bacaannya setiap hari, sekurang-kurangnya sehari setiap malam, mudah-mudahan anda akan terbuka hati untuk melakukannya dan mendapat faedah daripada amalan ini.
Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin
‘’MUTIARA PERKATAAN AL-HABIB ABDULLAH BIN ALWI AL-HADDAD’’
1. Hendaklah engkau pada zaman seperti sekarang ini, tidak
memilih duduk berbincang-bincang bersama seseorang, kecuali jika merasa yakin
dapat memperoleh manfaat darinya dalam agamamu.
2. Ilmu apabila masuk dalam hati dinamakan nuur (cahaya), akan tetapi jika masuk ke dalam hawa nafsu dinamakan naar (api).
3. Janganlah kamu menggunjing terhadap muslim manapun, atau menjelek-jelekkannya di belakangnya, atau memata-matainya, atau mencari-cari kesalahannya, sebab semua itu dapat menimbulkan kemurkaan Allah terhadap dirimu sendiri.
4. Orang yang berbahagia itu adalah orang yang mampu mengikuti teladan para pendahulunya yang shalih, dan selalu menuntut dirinya sendiri agar menempuh jalan mereka yang lurus.
5. Pembicaraan seseorang yang ikhlas dan jujur laksana suatu cahaya dan berkah bagi pendengarnya, walaupun tidak fasih dalam menyampaikannya.
6. Pembicaraan seseorang dengan sifat riya’ (ingin diperhatikan oleh orang lain) dan memaksakan diri, adalah laksana kegelapan dan sia-sia, walaupun sangat fasih dalam menyampaikannya.
7. Perbanyaklah membaca Al-Qur’an, dengan penuh khusyuk dan tadabur (merenungi maknanya), dan sering-seringlah berdzikir secara rutin dengan penuh konsentrasi dan kehadiran hati.
8. Saya berpesan hendaknya kamu tidak merasa dirimu lebih baik dari orang lain. Apabila perasaan seperti itu terlintas dalam hatimu, sadarilah segera betapa kamu sudah seringkali melakukan kesalahan-kesalahan di masa lalu.
9. Saya berpesan kepada diri saya sendiri dan kepada saudaraku agar senantiasa bersikap rendah hati, terutama terhadap Allah serta hamba-hamba-Nya yang beriman, berlapang dada dan membersihkan hati dari rasa dendam, dengki dan permusuhan terhadap siapa pun di antara kaum muslimin.
10. Usahakanlah kalian selalu bersahabat dengan orang-orang yang berakhlak mulia agar dapat meneladani perilaku baik mereka dan sekaligus bisa mendapatkan keuntungan dari perbuatan dan ucapan mereka.
11. Biasakanlah pula untuk berkunjung kepada mereka yang masih hidup dan berziarah kepada mereka yang telah tiada disertai dengan rasa penuh keikhlasan, penghormatan dan penghargaan. Dengan demikian kalian akan mendapatkan manfaat dan limpahan barokah dari Allah melalui keberadaan mereka.
2. Ilmu apabila masuk dalam hati dinamakan nuur (cahaya), akan tetapi jika masuk ke dalam hawa nafsu dinamakan naar (api).
3. Janganlah kamu menggunjing terhadap muslim manapun, atau menjelek-jelekkannya di belakangnya, atau memata-matainya, atau mencari-cari kesalahannya, sebab semua itu dapat menimbulkan kemurkaan Allah terhadap dirimu sendiri.
4. Orang yang berbahagia itu adalah orang yang mampu mengikuti teladan para pendahulunya yang shalih, dan selalu menuntut dirinya sendiri agar menempuh jalan mereka yang lurus.
5. Pembicaraan seseorang yang ikhlas dan jujur laksana suatu cahaya dan berkah bagi pendengarnya, walaupun tidak fasih dalam menyampaikannya.
6. Pembicaraan seseorang dengan sifat riya’ (ingin diperhatikan oleh orang lain) dan memaksakan diri, adalah laksana kegelapan dan sia-sia, walaupun sangat fasih dalam menyampaikannya.
7. Perbanyaklah membaca Al-Qur’an, dengan penuh khusyuk dan tadabur (merenungi maknanya), dan sering-seringlah berdzikir secara rutin dengan penuh konsentrasi dan kehadiran hati.
8. Saya berpesan hendaknya kamu tidak merasa dirimu lebih baik dari orang lain. Apabila perasaan seperti itu terlintas dalam hatimu, sadarilah segera betapa kamu sudah seringkali melakukan kesalahan-kesalahan di masa lalu.
9. Saya berpesan kepada diri saya sendiri dan kepada saudaraku agar senantiasa bersikap rendah hati, terutama terhadap Allah serta hamba-hamba-Nya yang beriman, berlapang dada dan membersihkan hati dari rasa dendam, dengki dan permusuhan terhadap siapa pun di antara kaum muslimin.
10. Usahakanlah kalian selalu bersahabat dengan orang-orang yang berakhlak mulia agar dapat meneladani perilaku baik mereka dan sekaligus bisa mendapatkan keuntungan dari perbuatan dan ucapan mereka.
11. Biasakanlah pula untuk berkunjung kepada mereka yang masih hidup dan berziarah kepada mereka yang telah tiada disertai dengan rasa penuh keikhlasan, penghormatan dan penghargaan. Dengan demikian kalian akan mendapatkan manfaat dan limpahan barokah dari Allah melalui keberadaan mereka.
12. Pada zaman ini memang sedikit sekali manfaat yang dapat diperoleh melalui orang-orang yang shalih. Hal ini dikarenakan kurangnya penghormatan dan lemahnya husnuzh zhan (berbaik sangka) terhadap mereka. Itulah sebabnya kebanyakan orang di zaman sekarang tidak memperoleh barokah dari mereka itu.
13. Orang zaman sekarang tidak bisa lagi menyaksikan berbagai peristiwa menakjubkan yang muncul karena kedudukan mereka yang telah memperoleh karomah dari Allah swt. Merekapun mengira bahwa pada zaman ini sudah tidak ada lagi orang-orang yang disebut sebagai wali. Dugaan yang demikian itu tidaklah benar sama sekali. Alhamdulillah para wali itu masih cukup banyak, yang tampak maupun yang tersembunyi. Namun tak ada yang bisa mengenali identitas mereka itu kecuali orang-orang yang telah mendapatkan anugerah cahaya kebenaran dan kebesaran Allah dalam hatinya dan mereka selalu berhusnuzh zhan kepada mereka.
14. Hindarilah bergaul dengan orang-orang yang berakhlak buruk dan bermoral rendah. Jauhilah pergaulan dengan mereka, karena dengan menjadikan mereka itu sahabat kalian, maka hanya kerugian dan malapetakalah yang akan kalian alami di dunia maupun di akhirat. Pergaulan seperti itulah yang membengkokkan sesuatu yang lurus, dan yang lebih parah lagi mengakibatkan rusaknya hati dan agama. Sungguh tepat apa yang dikatakan oleh seorang penyair :
”Orang yang berkudis takkan menjadi sehat kembali akibat bergaul dengan
orang yang sehat, namun orang yang sehat gampang tertular penyakit akibat
bergaul dengan orang yang berkudis.”
Ia meninggal di
rumahnya di desa Al-Hawi, Tarim, pada 1720 masehi atau 7 Dzul Qaidah 1132
hijriah, di mana ia dimakamkan saat saat ini. Ia dikaruniai enam anak
laki-laki.
GURU AL-HADDAD
Al-Haddad berguru pada
banyak sekali ulama melebihi 140 ulama. Yang paling terkenal adalah:
·
Abdurrahman
bin Syaikh Maula Aidid
·
Umar
bin Abdurrahman Al-Attas
·
Abdullah
bin Ahmad Bilfaqih
·
Aqil
bin Abdurrahman As-Segaf
·
Sahal
bin Ahmad Bahasan Al-Hudaili Ba-Alawi
·
Muhammad
bin Alawi As-Segaf seorang ulama di Makkah
MURID-MURID AL-HADDAD
Al-Haddad mempunyai
banyak murid yang kemudian menjadi ulama terkenal antara lain:
·
Ahmad
bin Zain Al-Habsyi
·
Muhammad
bin Zain bin Smith
·
Umar
bin Zain bin Smith
·
Umar
bin Abdurrahman Albar
·
Abdurrohman
bin Abdullah bilfaqih
·
Muhammad
bin Umar bin Toha As-Shofi As-Segaf
·
Ali
bin Abdullah As-Segaf
Dan lain-lain
sebagaimana disebut dalam kitab Bahjah az-Zaman
الراتب الشهير
للحبيب عبد الله بن علوي الحداد
Ratib Al Haddad
Moga-moga
Allah merahmatinya [Rahimahu Allahu Ta’ala ]
يقول القارئ: الفَاتِحَة إِلَى حَضْرَةِ سَيِّدِنَا وَشَفِيعِنَا
وَنَبِيِّنَا وَمَوْلانَا مُحَمَّد صلى الله عليه وسلم – الفاتحة-
Bacalah Al-Fatihah kepada pimpinan, pemberi syafaat, nabi dan
penolong kita, Muhammad s.a.w
1.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَلرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
ماَلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ إِيِّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اِهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ
الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآلِّيْنَ. آمِيْنِ
[1]. Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah,
lagi Maha Mengasihani.
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbir
sekalian alam. Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani. Yang Menguasai hari
Pembalasan (hari Akhirat). Engkaulah sahaja (Ya Allah) Yang Kami sembah, dan
kepada Engkaulah sahaja kami memohon pertolongan. Tunjuklah kami jalan yang
lurus. Iaitu jalan orang-orang yang Engkau telah kurniakan nikmat kepada
mereka, bukan (jalan) orang-orang yang Engkau telah murkai, dan bukan pula
(jalan) orang-orang yang sesat.
Diriwayatkan oleh Abu Sa’id ibn al-Mu’lla r.a.:
“Sukakah kamu
jika aku ajarkan sebuah Surah yang belum pernah diturun dahulunya, baik dalam
Injil mahupun Zabur dan Taurat? Ia adalah Al-Fatihah.
Surah 15
Al-Hijr : Ayat 87: “Dan sesungguhnya Kami telah memberi kepadamu (wahai Muhammad)
tujuh ayat yang diulang-ulang bacaannya dan seluruh Al-Quran yang amat besar
kemuliaan dan faedahnya.”
2. tambah
ijazah kh m. Mohyiddin AQ Al manafi MA
[2]
Al-Baqarah[2]:163
Dan Tuhan
kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha
Pengasih, Maha Penyayang.
اَللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ لاَ تَأْخُذُهُ
سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّموَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَنْ ذَا
الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ
وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا
شَآءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُدُهُ حِفْظُهُمَا
وَهُوَ العَلِيُّ العَظِيْمُ.
[2]. Allah,
tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Tetap hidup, Yang Kekal selama-lamanya. Yang
tidak mengantuk usahkan tidur. Yang memiliki segala yang ada di langit dan di
bumi. Tiada sesiapa yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya melainkan dengan
izin-Nya. Yang mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di
belakang mereka, sedang mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari ilmu Allah
melainkan apa yang Allah kehendaki. Luasnya Kursi Allah meliputi langit dan
bumi; dan tiadalah menjadi keberatan kepada Allah menjaga serta memelihara
keduanya. Dan Dialah Yang Maha Tinggi, lagi Maha Besar.
(Surah
2 al-Baqarah Ayat 255 Ayat-al-Kursi)
Ayatul
Kursi ini mengandungi khasiat yang besar. Terdapat 99 buah hadith yang
menerangkan fadhilahnya. Di antaranya ialah untuk menolak syaitan, benteng
pertahanan, melapangkan fikiran dan menambahkan iman.
3. tambah ijazah
kh m. Mohyiddin AQ Al manafi MA
لِّلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ وَإِن تُبْدُوا۟
مَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ ٱللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَن
يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ ﴿٢٨٤﴾
Al-Baqarah[2]:284
Milik
Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu nyatakan
apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah
memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu. Dia mengampuni siapa yang
Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas
segala sesuatu.
[3]
آمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّه
وَالْمُؤْمِنُوْنَ كُلٌّ آمَنَ بِاللهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ
نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْناَ وَأَطَعْناَ
غُفْراَنَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ.
3. Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya. (Katakan): “Kami tidak membezakan antara seorang rasul dengan rasul-rasul yang lain”. Mereka berkata lagi: Kami dengar dan kami taat (kami pohonkan) keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali”
(Surah 2: Al Baqarah Ayat 285)
Diriwayatkan daripada Abu Mas’ud al-Badri r.a katanya:
Rasulullah s.a.w pernah bersabda: Dua ayat terakhir dari surah al-Baqarah,
memadai kepada seseorang yang membacanya pada malam hari sebagai pelindung
dirinya.
[4]
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ
وَعَلَيْهَا مَا ٱكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ إِن نَّسِينَآ أَوْ
أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى
ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِۦ
وَٱعْفُ عَنَّا وَٱغْفِرْ لَنَا وَٱرْحَمْنَآ أَنتَ مَوْلَىٰنَا فَٱنصُرْنَا
عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ ﴿٢٨٦﴾
4.. Allah tidak memberati
seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Ia mendapat pahala atas kebaikan
yang diusahakannya, dan ia juga menanggung dosa atas kejahatan yang
diusahakannya. (Mereka berdoa dengan berkata): “Wahai Tuhan kami! Janganlah
Engkau mengirakan kami salah jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai Tuhan
kami ! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat sebagaimana
yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada kami.
Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak
terdaya memikulnya. Dan maafkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah dosa kami,
dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh itu, tolonglah
kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum yang kafir”
(Surah 2: al-Baqarah Ayat 286)
Dari Muslim, diriwayatkan daripada Abdullah ibn Abbas r.a.:
Apabila Jibril sedang duduk dengan Rasulullah s.a.w., dia mendengar bunyi pintu
di atasnya. Dia mengangkat kepalanya lalu berkata: “Ini ialah bunyi sebuah
pintu di syurga yang tidak pernah dibuka.” Lalu satu malaikat pun turun, dan
Jibril berkata lagi, “Ia malaikat yang tidak pernah turun ke bumi” Malaikat itu
memberi salam lalu berkata, “Bersyukurlah atas dua cahaya yang diberi kepadamu
yang tidak pernah diberi kepada rasul-rasul sebelummu-“Fatihat al-Kitab dan
ayat penghabisan Surah al-Baqarah”. Kamu akan mendapat manfaat setiap kali kamu
membacanya.
[5]
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ
وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.[3X]
5. Tiada Tuhan Melainkan Allah, Yang satu dan tiada sekutu
bagi- Nya. Bagi-Nya segala kekuasaan, dan bagi-Nya segala pujian. Dialah yang
menghidupkan dan yang mematikan, dan Dia sangat berkuasa atas segala
sesuatu (3X)
Dari Bukhari, Muslim dan Malik, diriwayatkan daripada Abu
Hurairah; Rasulullah s.a.w berkata, “Sesiapa membaca ayat ini seratus kali
sehari, pahalanya seperti memerdekakan sepuluh orang hamba, Seratus kebajikan
dituliskan untuknya dan seratus keburukan dibuang darinya, dan menjadi benteng
dari gangguan syaitan sepanjang hari.”
[6]
3Xسٌبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اْللهُ
وَاللهُ اَكْبَرُ
6. Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan
melainkan Allah dan Allah Tuhan Yang Maha Besar. (3X)
Dari Muslim, diriwayatkan oleh Samurah ibn Jundah: Rasulullah
s.a.w bersabda: Zikir-zikir yang paling dekat di sisi Allah adalah empat, iaitu
tasbih, takbir, tahmid dan tahlil, tidak berbeza yang mana aturannya apabila
engkau berzikirullah.
[7]
. سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحاَنَ اللهِ الْعَظِيْمِ.
(3X)
7. Maha suci Allah segala puji khusus bagi-Nya, Maha suci
Allah Yang Maha Agung. (3X)
Dari Bukhari, diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a.:
Rasulullah s.a.w. bersabda: Dua zikir yang mudah di atas lidah tetapi
berat pahalanya dan disukai oleh Allah ialah: ‘SubhanAllah al-Azim dan
‘SubhanAllah wa bihamdihi.’”
[8]
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ
الرَّحِيْمُ. [3X]
8. Ya Allah ampunlah dosaku dan terimalah taubatku,
sesungguhnya Engkau Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. (3X)
Surah 4: An-Nisa’; Ayat 106: “Dan hendaklah engkau memohon
ampun kepada Allah; kerana sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha
Mengasihani.
Sila rujuk juga Surah 11: Hud; Ayat 90
[9]
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ.
[3X]
9. Ya Allah, cucurkan selawat ke atas Muhammad, Ya Allah,
cucurkan selawat ke atasnya dan kesejahteraan-Mu. (3X)
Surah 33; Al-Ahzab, Ayat 56: Sesungguhnya Allah dan
malaikat-Nya berselawat ke atas Nabi; wahai orang-orang yang beriman
berselawatlah kamu kepadanya serta ucapkanlah salam dengan penghormatan yang
sepenuhnya.
Dari Muslim, diriwayatkan daripada Abdullah bin Amr:
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesiapa berselawat kepadaku sekali, Allah akan
berselawat kepadanya sepuluh kali.
[10]
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّآمَّاتِ مِنْ شَرِّمَا خَلَقَ.
[3X]
10. Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang
sempurna dari kejahatan makhluk-Nya. (3X)
Dari Abu Dawud dan Tirmidhi, Rasulullah s.a.w.
bersabda: “Sesiapa yang membaca doa ini tiga kali, tiada apa-apa
malapetaka akan terjatuh atasnya.”
[11]
بِسْـمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُـرُّ مَعَ اسْـمِهِ شَيْءٌ فِي
الأَرْضِ وَلاَ فِي الْسَّمَـآءِ وَهُوَ الْسَّمِيْـعُ الْعَلِيْـمُ [3X].
. Dengan nama Allah yang dengan nama-Nya tiada suatu pun,
baik di bumi mahupun di langit dapat memberi bencana, dan Dia Maha Mendengar
Lagi Maha Mengetahui. (3X)
Dari Ibn Hibban; Nabi Muhammad s.a.w bersabda: “Hamba-hamba
Allah yang membaca doa ini pada waktu pagi dan petang tiga kali, tiada apa jua
kesakitan akan dialaminya.”
[12]
. رَضِيْنَـا بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْـلاَمِ دِيْنـًا
وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيّـًا [3X]
12. Kami redha Allah sebagai Tuhan kami, Islam sebagai Agama
kami dan Muhammad sebagai Nabi
kami. (3X)
Surah 3: Ali-Imran Ayat 19: Sesungguhnya agama (yang benar
dan diredai) di sisi Allah ialah Islam.
Dari Abu Daud dan Tirmidzi; Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:
“Sesiapa membaca ayat ini di pagi dan petang hari akan masuk ke syurga.”
[13]
. بِسْمِ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْخَيْرُ وَالشَّـرُّ
بِمَشِيْئَـةِ اللهِ [3X]
13. Dengan Nama Allah, segala pujian bagi-Nya, dan segala
kebaikan dan kejahatan adalah kehendak
Allah.
(3X)
Diriwayatkah oleh Abu Hurairah: Rasulullah s.a.w. bersabda:
Wahai Abu Hurairah, bila kamu keluar negeri untuk berniaga, bacakan ayat ini
supaya ia membawa kamu ke jalan yang benar. Dan setiap perbuatan mesti
bermula dengan ‘Bismillah’ dan penutupnya ialah “Alhamdulillah”.
[14]
آمَنَّا بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ تُبْناَ إِلَى اللهِ باَطِناً وَظَاهِرًا
[3x]
14. Kami
beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, dan kami bertaubat kepada Allah
batin dan zahir. (3X)
Surah at-Tahrim Ayat 8: Wahai orang-orang yang beriman!
Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan “Taubat Nasuha”.
Diriwayatkan oleh Ibn Majah: Rasulullah bersabda: Orang yang
bertaubat itu adalah kekasih Allah. Dan orang yang bertaubat itu ialah seumpama
orang yang tiada apa-apa dosa.”
[15]
. يَا رَبَّنَا وَاعْفُ عَنَّا وَامْحُ الَّذِيْ كَانَ مِنَّا.
[3]
15. Ya Tuhan kami, maafkan kami dan hapuskanlah apa-apa
(dosa) yang ada pada kami. (3X)
Dari Tirmidhi dan Ibn Majah: Rasulullah s.a.w. berada di atas
mimbar dan menangis lalu beliau bersabda: Mintalah kemaafan dan kesihatan
daripada Allah, sebab setelah kita yakin, tiada apa lagi yang lebih baik
daripada kesihatan
Surah 4: An-Nisa’: Ayat 106: “Dan hendaklah engkau memohon
keampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun, lagi Maha
Mengasihani.”
[16]
ياَ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْراَمِ أَمِتْناَ عَلَى دِيْنِ الإِسْلاَمِ
[7X]
16. Wahai Tuhan yang mempunyai sifat Keagungan dan sifat
Pemurah, matikanlah kami dalam agama Islam . (7X)
Sila rujuk ke no. 12. Moga-moga kita dimatikan dalam keadaan
Islam.
Dan dari Tirmidhi, Rasulullah s.a.w. menyatakan di dalam
sebuah hadith bahawasanya sesiapa yang berdoa dengan nama-nama Allah dan penuh
keyakinan, doa itu pasti dikabulkan Allah.
[17]
ياَ قَوِيُّ ياَ مَتِيْـنُ إَكْفِ شَرَّ الظَّالِمِيْـنَ
[3x]
17. Wahai Tuhan yang Maha Kuat lagi Maha Gagah, hindarkanlah
kami dari kejahatan orang-orang yang zalim. (3X)
Seperti di atas (16); Merujuk hadith Rasulullah s.a.w,
sesiapa yang tidak boleh mengalahkan musuhnya, dan mengulangi Nama ini dengan
niat tidak mahu dicederakan akan bebas dari dicederakan musuhnya.
18.
أَصْلَحَ
اللهُ أُمُوْرَ الْمُسْلِمِيْنَ صَرَفَ اللهُ شَرَّ الْمُؤْذِيْنَ
[3x]
18. Semoga Allah memperbaiki urusan kaum muslimim dan
menghindarkan mereka dari kejahatan orang-orang yang suka
menggangu. (3X)
Diriwayatkan oleh Abu Darda’ bahawasanya Rasulullah s.a.w.
bersabda: “Tiada seorang mukmin pun yang berdoa untuk kaumnya yang tidak
bersamanya, melainkan akan didoakan oleh Malaikat, “Sama juga untukmu”.
يـَا عَلِيُّ يـَا
كَبِيْرُ يـَا عَلِيْمُ يـَا قَدِيْرُ
يـَا سَمِيعُ يـَا
بَصِيْرُ يـَا
لَطِيْفُ يـَا خَبِيْرُ.
[3x]
19. Wahai Tuhan Yang Maha Mulia, lagi Maha
Besar, Yang Maha Mengetahui lagi Sentiasa Sanggup, Yang Maha Mendengar lagi
Melihat. Yang Maha Lemah-Lembut lagi Maha Mengetahui [3X]
Surah 17: Al Israil: Ayat 110: “Katakanlah (wahai Muhammad):
“Serulah nama “Allah” atau “Ar-Rahman”, yang mana sahaja kamu serukan; kerana
Allah mempunyai banyak nama yang baik serta mulia. Dan janganlah engkau
nyaringkan bacaan doa atau sembahyangmu, juga janganlah engkau perlahankannya,
dan gunakanlah sahaja satu cara yang sederhana antara itu.”
20
ياَ فَارِجَ الهَمِّ يَا كَاشِفَ الغَّمِّ يَا مَنْ لِعَبْدِهِ
يَغْفِرُ وَيَرْحَمُ.
[3x]
20. Wahai Tuhan yang melegakan dari dukacita, lagi melapangkan
dada dari rasa sempit. Wahai Tuhan yang mengampuni dan menyayangi
hamba-hamba-Nya. (3X)
Dari Abu Dawud, diriwayatkan daripada Anas ibn Malik: “Ketika
saya bersama Rasulullah s.a.w., ada seseorang berdoa, “Ya Allah saya meminta
kerana segala pujian ialah untuk-Mu dan tiada Tuhan melainkan-Mu, Kamulah yang
Pemberi Rahmat dan yang Pengampun, Permulaan Dunia dan Akhirat, Maharaja
Teragung, Yang Hidup dan Yang Tersendiri”.
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Dia berdoa kepada Allah
menggunakan sebaik-baik nama-nama-Nya, Allah akan memakbulkannya kerana apabila
diminta dengan nama-nama-Nya Allah akan memberi.
21
أَسْتَغْفِرُ اللهَ رَبَّ الْبَرَايَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ مِنَ
الْخَطَاياَ
[4X]
21. Aku memohon keampunan Allah Tuhan Pencipta sekalian
makhluk, aku memohon keampunan Allah dari sekalian
kesalahan. (4X)
Surah 4: An-Nisa’: Ayat 106: “Dan hendaklah engkau memohon
keampunan daripada Allah; sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun, lagi Maha
Mengasihani.”
Surah 11: Hud: Ayat 90: “Dan mintalah keampunan Tuhanmu,
kemudian kembalilah taat kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Mengasihani,
lagi Maha Pengasih”
22
افضلالذكرفاعلمانه....... لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ..x50.
‘’ Paling utama dzikir adalah :
22. Tiada
Tuhan Melainkan Allah (50X)
Komentar tentang
kalimah tauhid sangat panjang. Kalimah “La ilaha illallah” ini adalah kunci
syurga. Diriwayatkan oleh Abu Dzar bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah
tidak membenarkan seseorang masuk ke neraka jikalau dia mengucapkan kalimah
tauhid ini berulang-ulang
kali.”
23.
مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّفَ وَكَرَّمَ وَمَجَّدَ وَعَظَّمَ
وَرَضِيَ اللهُ تَعاَلَى عَنْ آلِ وَأَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ،
وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ بِإِحْسَانٍ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَعَلَيْناَ مَعَهُمْ وَفِيْهِمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
23. Muhammad Rasulullah, Allah Mencucurkan Selawat dan
Kesejahteraan keatasnya dan keluarganya. Moga-moga dipermuliakan,
diperbesarkan, dan diperjunjungkan kebesarannya. Serta Allah Ta’ala meredhai
akan sekalian keluarga dan sahabat Rasulullah, sekalian tabi’in dan yang
mengikuti mereka dengan kebaikan dari hari ini sehingga Hari Kiamat, dan semoga
kita bersama mereka dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Pengasih daripada yang
mengasihani.
24
بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ.
قُلْ هُوَ اللهُ أَحَـدٌ. اَللهُ الصَّمَـدُ. لَمْ يَلِـدْ وَلَمْ
يٌوْلَـدْ. وَلَمْ يَكُـنْ لَهُ كُفُـوًا أَحَـدٌ..
[3X].
24. Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Katakanlah (wahai Muhammad): “Dialah Allah Yang Maha Esa;
Allah Yang menjadi tumpuan segala permohonan; Ia tidak beranak, dan Ia pula
tidak diperanakkan; Dan tidak ada sesiapapun yang sebanding dengan-Nya.
Surah Al-Ikhlas (3X)
Dari Imam Bukhari, diriwayatkan daripada Abu Sa’id al-khudri;
seseorang mendengar bacaan surah al-Ikhlas berulang-ulang di masjid. Pada
keesokan paginya dia datang kepada Rasulullah s.a.w. dan sampaikan perkara itu
kepadanya sebab dia menyangka bacaan itu tidak cukup dan lengkap. Rasulullah
s.a.w berkata, “Demi tangan yang memegang nyawaku, surah itu seperti sepertiga
al Quran!”
Dari Al-Muwatta’, diriwayatkan oleh Abu Hurairah; Saya sedang
berjalan dengan Rasulullah s.a.w, lalu baginda mendengar seseorang membaca
surah al-Ikhlas. Baginda berkata, “Wajiblah.” Saya bertanya kepadanya, “Apa ya
Rasulallah?” Baginda menjawab, “Syurga” (Wajiblah syurga bagi si pembaca itu).
[25]
بِسْم اللهِ
الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوْذُ
بِرَبِّ الْفَلَقِ، مِنْ شَرِّ ماَ خَلَقَ، وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ،
وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ، وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَد
25. Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Katakanlah (wahai Muhammad); “Aku berlindung dengan Tuhan
yang menciptakan cahaya subuh, daripada kejahatan makhluk-makhluk yang Ia
ciptakan; dan daripada kejahatan malam apabila ia gelap gelita; dan daripada
(ahli-ahli sihir) yang menghembus pada simpulan-simpulan ikatan; dan daripada
kejahatan orang yang dengki apabila ia melakukan kedengkiannya”.
Surah Al-Falaq
Diriwayatkan daripada Aisyah r.a katanya: Rasulullah s.a.w
biasanya apabila ada salah seorang anggota keluarga baginda yang sakit, baginda
menyemburnya dengan membaca bacaan-bacaan. Sementara itu, ketika baginda
menderita sakit yang menyebabkan baginda wafat, aku juga menyemburkan baginda
dan mengusap baginda dengan tangan baginda sendiri, kerana tangan baginda tentu
lebih banyak berkatnya daripada tanganku.
26
. بِسْم اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ، مَلِكِ النَّاسِ، إِلَهِ
النَّاسِ، مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ، اَلَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِي
صُدُوْرِ النَّاسِ، مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ.
26. Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Katakanlah (wahai Muhammad): “Aku berlindung dengan Tuhan
sekalian manusia. Yang Menguasai sekalian manusia, Tuhan yang berhak disembah
oleh sekalian manusia, Dari kejahatan pembisik penghasut yang timbul tenggelam,
Yang melemparkan bisikan dan hasutannya ke dalam hati manusia, dari kalangan
jin dan manusia”. Surah An-Nas
Dari Tirmidhi diriwayatkan daripada Abu Sa’id al-Khudri; Nabi
Muhammad s.a.w selalu meminta perlindungan daripada kejahatan jin dan perbuatan
hasad manusia. Apabila surah al-falaq dan an-nas turun, baginda ketepikan yang
lain dan membaca ayat-ayat ini sahaja.
27
اَلْفَاتِحَةَ
إِلَى رُوحِ سَيِّدِنَا الْفَقِيْهِ الْمُقَدَّمِ مُحَمَّد بِن عَلِيّ
باَ عَلَوِي وَأُصُولِهِمْ وَفُرُوعِهِمْ وَكفَّةِ سَادَاتِنَا آلِ أَبِي عَلَوِي
أَنَّ اللهَ يُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ وَيَنْفَعُنَا بِهِمْ وَبِأَسْرَارِهِمْ
وَأَنْوَارِ هِمْ فِي الدِّيْنِ وَالدُّنْياَ وَالآخِرَةِ.
27. Bacalah Al-fatihah kepada roh Penghulu
kita al-Faqih al-Muqaddam, Muhammad ibn Ali Ba’alawi, dan kepada asal-usul dan
keturunannya, dan kepada semua penghulu kita dari keluarga bani ‘Alawi,
moga-moga Allah tinggikan darjat mereka di syurga, dan memberi kita manfaat
dengan mereka, rahsia-rahsia mereka, cahaya mereka di dalam agama, dunia dan
akhirat.
28
اَلْفَاتِحَةَ
إِلَى أَرْوَاحِ ساَدَاتِنَا الصُّوْفِيَّةِ أَيْنَمَا كَانُوا فِي
مَشَارِقِ الأَرْضِ وَمَغَارِبِهَا وَحَلَّتْ أَرْوَاحُهُمْ – أَنَّ اللهَ يُعْلِي
دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّةِ وَيَنْفَعُنَا بِهِمْ وَبِعُلُومِهِمْ
وَبِأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِ هِمْ، وَيُلْحِقُنَا بِهِمْ فِي خَيْرٍ
وَعَافِيَةٍ.
28. Bacalah al-fatihah kepada roh-roh
Penghulu kita Ahli Ahli Sufi, di mana saja roh mereka berada, di timur atau
barat, moga moga Allah tinggikan darjat mereka di syurga, dan memberi kita
manfaat dengan mereka, ilmu-ilmu mereka, rahsia-rahsia mereka, cahaya mereka,
dan golongkan kami bersama mereka dalam keadaan baik dan afiah.
29
اَلْفَاتِحَةَ
إِلَى رُوْحِ صاَحِبِ الرَّاتِبِ قُطْبِ الإِرْشَادِ وَغَوْثِ
الْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ الْحَبِيْبِ عَبْدِ اللهِ بِنْ عَلَوِي الْحَدَّاد
وَأُصُوْلِهِ وَفُرُوْعِهِ أَنَّ اللهَ يُعْلِي دَرَجَاتِهِمْ فِي الْجَنَّة
وَيَنْفَعُنَا بِهِمْ وَأَسْرَارِهِمْ وَأَنْوَارِهِمْ بَرَكَاتِهِمْ فِي
الدِّيْنِ وَالدُّنْياَ وَالآخِرَةِ.
29. Bacalah fatihah kepada roh Penyusun
Ratib ini, Qutbil-Irshad, Penyelamat kaum dan negaranya, Al-Habib
Abdullah ibn Alawi Al-Haddad, asal-usul dan keturunannya, moga moga Allah
meninggikan darjat mereka di syurga, dan memberi kita manfaat dari mereka,
rahsia-rahsia mereka, cahaya dan berkat mereka di dalam agama, dunia dan
akhirat.
30
اَلْفَاتِحَة
إِلَى كَافَّةِ عِبَادِ اللهِ الصّالِحِينَ وَالْوَالِدِيْنِ
وَجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
أَنْ اللهَ يَغْفِرُ لَهُمْ وَيَرْحَمُهُمْ وَيَنْفَعُنَا بَأَسْرَارِهِمْ
وبَرَكَاتِهِمْ
30. Bacalah Fatihah kepada hamba hamba
Allah yang soleh, ibu bapa kami, mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat,
moga moga Allah mengampuni mereka dan merahmati mereka dan memberi kita manfaat
dengan rahsia rahsia dan barakah mereka.
31
(ويدعو القارئ):
31. Berdoalah disini apa yang di hajati. :
Catatan do’a do’a tambahan
اَلْحَمْدُ اللهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ
وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وأَهْلِ
بَيْتِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِحَقِّ
الْفَتِحَةِ الْمُعَظَّمَةِ وَالسَّبْعِ الْمَثَانِيْ أَنْ تَفْتَحْ لَنَا بِكُلِّ
خَيْر، وَأَنْ تَتَفَضَّلَ عَلَيْنَا بِكُلِّ خَيْر، وَأَنْ تَجْعَلْنَا مِنْ
أَهْلِ الْخَيْر، وَأَنْ تُعَامِلُنَا يَا مَوْلاَنَا مُعَامَلَتَكَ لأَهْلِ
الْخَيْر، وَأَنْ تَحْفَظَنَا فِي أَدْيَانِنَا وَأَنْفُسِنَا وَأَوْلاَدِنَا
وَأَصْحَابِنَا وَأَحْبَابِنَا مِنْ كُلِّ مِحْنَةٍ وَبُؤْسٍ وَضِيْر إِنَّكَ
وَلِيٌّ كُلِّ خَيْر وَمُتَفَضَّلٌ بِكُلِّ خَيْر وَمُعْطٍ لِكُلِّ خَيْر يَا
أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن.
Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan
mentadbirkan sekalian alam, segala puji pujian bagi-Nya atas penambahan
nikmat-Nya kepada kami, moga moga Allah mencucurkan selawat dan kesehahteraan
ke atas Penghulu kami Muhammad, ahli keluarga dan sahabat-sahabat baginda.
Wahai Tuhan, kami memohon dengan haq (benarnya) surah fatihah yang Agung, iaitu
tujuh ayat yang selalu di ulang-ulang, bukakan untuk kami segala perkara
kebaikan dan kurniakanlah kepada kami segala kebaikan, jadikanlah kami dari
golongan insan yang baik; dan peliharakanlah kami Ya tuhan kami. sepertimana
Kamu memelihara hamba-hambaMu yang baik, lindungilah agama kami, diri kami,
anak anak kami, sahabat-sahabat kami, serta semua yang kami sayangi dari segala
kesengsaraan, kesedihan, dan kemudharatan. Sesungguhnya Engkaulah Maha
Pelindung dari seluruh kebaikan dan Engkaulah yang mengurniakan seluruh
kebaikan dan memberi kepada sesiapa saja kebaikan dan Engkaulah yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang. Amin Ya Rabbal Alamin.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْـأَلُكَ رِضَـاكَ وَالْجَنَّـةَ وَنَـعُوْذُ
بِكَ مِنْ سَـخَطِكَ وَالنَّـارِ
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon keredhaan dan syurga-Mu;
dan kami memohon perlindungan-Mu dari kemarahan-Mu dan api neraka.
Dari Tirmidhi dan Nasa’i, diriwayatkan daripada Anas ibn
Malik: Rasulullah s.a.w. bersabda, “Jikalau sesiapa memohon kepada Allah untuk
syurga tiga kali, Syurga akan berkata, “Ya Allah bawalah dia ke dalam syurga;”
dan jikalau ia memohon perlindungan dari api neraka tiga kali, lalu neraka pun
akan berkata, “Ya Allah berilah dia perlindungan dari neraka.”
اَللهُمَّ اَرِنَاالْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَااتِّبَاعَهُ
وَاَرِنَاالْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَااجْتِنَاب
ALLAAHUMMA ARINAL HAQQO HQAAON WARZUQNAT TIBAA'AHU, WA ARINAL BAATHILA
BAATHILAN WARZUQNAJ TINAABAHU
Artinya :
Ya Allah, tunjukanlah kepada kami kebenaran adalah suatu kebenaran dan anugerahilah kami untuk mengikkutinya dan tunjukkanlah kepada kami kebatilan adalah suatu kebatilan dan anugerahilah kami untuk menjauhinya.
Ya Allah, tunjukanlah kepada kami kebenaran adalah suatu kebenaran dan anugerahilah kami untuk mengikkutinya dan tunjukkanlah kepada kami kebatilan adalah suatu kebatilan dan anugerahilah kami untuk menjauhinya.
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
ROBBANAA
AATINAA FIDDUNYAA HASANAH, WAFIL AAKHIROTI HASANAH WAQINAA 'ADZAABAN NAAR.
Artinya :
Wahai Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan didunia dan kebaikan di akhirat, serta jauhkanlah kami dari siksa api neraka
Wahai Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan didunia dan kebaikan di akhirat, serta jauhkanlah kami dari siksa api neraka
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ
عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
SUBHAANA
ROBBIKA ROBBIL 'IZZATI 'AMMAA YASHIFUUN, WASALAAMUN 'ALAL MURSALIINA WALHAMDU
LILLAAHI ROBBIL 'AALAMIIN. AL-FAATIHAH :
Artinya :
Masa suci Tuhanmu, Tuham pemilik kemuliaan, dari sifat-sifat yang mereka (musuh-musuhNya) berikan. Keselamatan selalu tertuju kepada Rasul, dan segala puji bagi Allah penguasa alam semesta.
Masa suci Tuhanmu, Tuham pemilik kemuliaan, dari sifat-sifat yang mereka (musuh-musuhNya) berikan. Keselamatan selalu tertuju kepada Rasul, dan segala puji bagi Allah penguasa alam semesta.
اَلْفَاتِحَة.........
Doa Nurbuat sebagai berikut :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَاَفْضَلُ الصَّلاَةِ
وَاَتَمُّ التَّسْلِيْمِ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَليٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ
اَجْمَعِيْنَ
اَللّٰهُمَّ ذِى السُّلْطَانِ الْعَظِيْمِ ، وَذِى الْمَنِّ الْقَدِيْمِ ، وَذِي الْوَجْهِ الْكَرِيْمِ ، وَوَلِيِّ الْكَلِمَاتِ التَّآمَّاتِ ، وَالدَّعَوَاتِ الْمُسْتَجَابَةِ ، عَاقِلِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ مِنْ اَنْفُسِ الْحَقِّ ، عَيْنِ الْقُدْرَةِ والنَّاظِرِيْنَ ، وَعَيْنِ الْاِنْسِ وَالْجِنِّ ، وَاِنْ يَّكَادُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَيُزْ لِقُوْنَكَ بِاَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُوْلُوْنَ اِنَّهُ لَمَجْنُوْنَ ، وَمَا هُوَ اِلاَّ ذِكْرٌ لِلْعَالَمِيْنَ ، وَمُسْتَجَابُ لُقْمَانَ الْحَكِيْمِ ، وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَوُدَ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ الْوَدُوْدُ ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيْدِ ، طَوِّلْ عُمْرِيْ ، وَصَحِّحْ اَجْسَادِيْ ، وَاقْضِ حَاجَتِيْ ، وَاَكْثِرْ اَمْوَالِيْ وَاَوْلَادِيْ ، وَحَبِّبْ لِلنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ ، وَتَبَاعَدِ الْعَدَاوَةَ كُلَّهَا مِنْ بَنِيْ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ ، مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَي الْكَافِرِيْنَ ، وَقُلْ جَآءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ، اِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا ، وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَاهُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ ، وَلَايَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ ، وَسَلَامٌ عَلَي الْمُرْسَلِيْنَ ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهُ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَتْبَاعِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
اَللّٰهُمَّ ذِى السُّلْطَانِ الْعَظِيْمِ ، وَذِى الْمَنِّ الْقَدِيْمِ ، وَذِي الْوَجْهِ الْكَرِيْمِ ، وَوَلِيِّ الْكَلِمَاتِ التَّآمَّاتِ ، وَالدَّعَوَاتِ الْمُسْتَجَابَةِ ، عَاقِلِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ مِنْ اَنْفُسِ الْحَقِّ ، عَيْنِ الْقُدْرَةِ والنَّاظِرِيْنَ ، وَعَيْنِ الْاِنْسِ وَالْجِنِّ ، وَاِنْ يَّكَادُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَيُزْ لِقُوْنَكَ بِاَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُوْلُوْنَ اِنَّهُ لَمَجْنُوْنَ ، وَمَا هُوَ اِلاَّ ذِكْرٌ لِلْعَالَمِيْنَ ، وَمُسْتَجَابُ لُقْمَانَ الْحَكِيْمِ ، وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَوُدَ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ الْوَدُوْدُ ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيْدِ ، طَوِّلْ عُمْرِيْ ، وَصَحِّحْ اَجْسَادِيْ ، وَاقْضِ حَاجَتِيْ ، وَاَكْثِرْ اَمْوَالِيْ وَاَوْلَادِيْ ، وَحَبِّبْ لِلنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ ، وَتَبَاعَدِ الْعَدَاوَةَ كُلَّهَا مِنْ بَنِيْ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ ، مَنْ كَانَ حَيًّا وَّيَحِقَّ الْقَوْلُ عَلَي الْكَافِرِيْنَ ، وَقُلْ جَآءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ، اِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا ، وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْاٰنِ مَاهُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ ، وَلَايَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ اِلَّا خَسَارًا ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ ، وَسَلَامٌ عَلَي الْمُرْسَلِيْنَ ، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهُ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَتْبَاعِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
Artinya: Ya
Allah, Zat Yang memiliki kekuasaan yang agung, yang memiliki anugerah yang
terdahulu, memiliki wajah yang mulia, menguasai kalimat-kalimat yang sempurna,
dan doa-doa yang mustajab, penanggung Hasan dan Husain dari jiwa-jiwa yang haq,
dari pandangan mata yang memandang, dari pandangan mata manusia dan jin.
Dan
sesungguhnya orang-orang kafir benar-benar akan menggelincirkan kamu dengan
pandangan mereka, ketika mereka mendengar Al-Quran dan mereka berkata:
“Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila, dan Tiadalah itu semua
melainkan sebagai peringatan bagi seluruh alam. Allah yang mengabulkan do’a
Luqmanul Hakim dan mewariskan Sulaiman bin Daud A.S. Allah adalah Zat Yang Maha
Pengasih lagi memiliki singgasana yang Mulia, panjangkanlah umurku, sehatlah
jasad tubuhku , kabulkan hajatku, perbanyakkanlah harta bendaku dan anakku,
cintakanlah semua manusia, dan jauhkanlah permusuhan dari anak cucu Nabi Adam
A.S., orang-orang yang masih hidup dan semoga tetap ancaman siksa bagi
orang-orang kafir. Dan katakanlah: “Yang haq telah datang dan yang batil telah
musnah, sesungguhnya perkara yang batil itu pasti musnah”.
Dan Kami
turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman, dan Al-Quran tidak akan menambah kepada orang-orang yang berbuat
aniaya melainkan hanya kerugian. Maha Suci Allah Tuhanmu Tuhan Yang Maha Mulia
dari sifat-sifat yang di berikan oleh orang-orang kafir.Dan semoga keselamatan
bagi para Rasul.Dan segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam.
انتهى الراتب الشهير
Tamat Ratib
Al-Haddad